Anak Yang Kukasihi

Anak Yang Kukasihi
Obamaputralaris

Monday, August 07, 2006

Jafar Irham : Kiat Menumbuhkan Loyalitas Karyawan


Jakarta, 7 Agustus 2006

Jafar,

Sore ini, saya mengikuti sebuah rapat. Diundang mendadak. Aku ikut di sana, kendati tidak masuk dalam bagian apa pun di perusahaan tersebut, kecuali simpatisan.

Kusebut simpatisan, karena memang aku sangat bersimpati dengan ide-ide dari founding father's majalah tersebut, yang kusebut saja sangat brilian.

Tapi memang, secanggih apa pun ide, jika tidak dikerjakan dengan tepat oleh orang orang yang tepat pula, maka apa yang terjadi?

Majalah ini, ibarat hidup segan, mati tidak mau. Tapi masih tetap ingin hidup dengan harapan-harapan besar, kendati di masa sulit dan maraknya berbagai macam media yang mamadati pasar, harapan itu tampaknya "sulit" .Sebab, apalah artinya semangat tanpa analisa yang pas?

Jafar,

Tahukah kau, betapa hatiku gundah sepulang dari sana?

Dalam perjalanan pulang ke kantorku, terbayang wajah-wajah kuyu tanpa semangat para personal yang ikut rapat. Tak jelas bagiku, apakah wajah seperti itu bisa saya jadikan indikator, bahwa memang mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan yang ada di sana. Yang pasti, hatiku begitu nelangsa melihat mereka, kecuali yang memimpin rapat tentunya.

Jafar Irham,

Pernah engkau bilang padaku, bahwa semangat dalam hidup merupakan modal terbesar untuk menciptakan sesuatu dan mengerjakan sesuatu. Tapi ah, rasanya aku terlalu percaya, "otak memang ada di kepala, tapi sumber ketenangan otak ada di perut." Karena bagaimana mungkin seseorang jernih berpikir, jika perut pun keroncongan? Yakob Oetama pernah mengatakan padaku, bahwa untuk bisa membangun sebuah usaha, agar para karyawan loyal, "Pay them well". Ini memang sangat relatif. Sangat relatif. Dan jika satu saat kita bertemu, saya mengira ada juga baiknya ini kita diskusikan, karena kutahu kapasitasmu yang sangat bisa menulis sebuah buku, " Kiat menumbuhkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan".

Jafar Irham,

Terima kasih, atas kesediaanmu membaca surat ini.

Gbu

Laris Naibaho

No comments: