C E R M I N
Mati Dan
Bunuh Diri
Sedikit
bingung karena kegiatan berkurang, saya lalu melakukan riset kecil-kecilan pada
sebuah surat kabar terkemuka saat ini di Indonesia .
Yang
saya riset pun sebenarnya tidak teralalu ilmiah, pun, mungkin tidak dapat dijadikan sebagai patokan
bersikap tindak dalam mengarungi kehidupan. Tapi meski begitu, saya sangat
tertarik menyajikannya untuk Anda.
Jadi, setiap hari, selama sebulan penuh, saya
mencatat berapa banyak yang meninggal dunia yang menjadi berita, apakah karena memiliki nilai berita, maupun yang
meninggal karena diberitahu oleh kerabatnya yang masih hidup, melalui iklan.
Ternyata,
sebenarnya, tanpa saya sebutkan pun di
sini, pada dasarnya semua orang, tahu dirinya akan mati. Tetapi, wakakakak, masih
banyak orang yang lupa menyadari dirinya akan mati.
Mengapa
mati?
Sama
seperti setiap yang naik, pasti suatu saat akan turun. Ini adalah hukum alam. Misalnya, yang naik jadi presiden akan ada saatnya turun
dari jabatan presiden. Maka setiap yang hidup pasti akan mati, karena memang,
Sang Khalik, apakah secara kebetulan atau memang sudah merancangnya dengan sengaja, segala sesuatunya
diciptakan secara berpasang-pasangan. urusan Dilah itu. Betul khan?
Hasil
riset yang saya lakukan, tentang kematian, atau yang mati itu, sangat beragam. Ada konglomerat, ada tukang sampah. Ada professor, ada gembel
yang tidak pernah menjamah bangku sekolah karena ogah sekolah atau karena tidak mampu membiayai sekolah. Ada juga jendral yang
masih aktif, yang purnawirawan, dan ada juga yang prajurit. Ada laki-laki ada perempuan, yang dewasa dan
ada yang baru lahir.
Kematian
memang menjadi misteri. Menjadi misteri,
karena belum ada seorang pun yang kembali dari Sana , yang lalu berceritera; begini dan
begitulah kalau mati. Kalaupun ada ceritera yang bisa menjadi referensi tentang
kematian, paling-paling dari tuturan para rasul tentang kebangkitan Yesus dan
orang yang dibangkitkan-Nya, si Lazarus. Tapi, Lazarus, nyaris tidak
mengungkapkan apa pun yang dialami atau
dilakukannya selama dia mati. Maka lengkaplah tentang misteri dari kematian itu
sendiri.
Kalau
seseorang ditanya, apalagi ketika baru pulang dari mengantar jenazah dari pekuburan,
apakah dia juga akan mati, pastilah jawabannya “Ya!” Tapi, setuju atau tidak setuju, begitu banyak, atau secara
apriori kita sebut saja, hampir semua manusia yang waras tidak ingin dirinya
mati. Artinya, di balik pengertian ini, seolah-olah ingin hidup terus dan
terus.
Maka
yang pebisnis ingin meningkatkan bisnisnya terus-menerus, sampai lupa, apa saja bisnis yang digelutinya. Lupa minum,
lupa makan, bahkan ogah tidur karena
selalu dikejar-kejar waktu untuk mengerjakan ini dan itu.
Yang
karyawan, ingin golongannya dan gaji naik terus, dengan cara apa pun itu; termasuk
bila, ini bila perlu, menyikut rekan kerja, menyogok atasan dan atau mungkin
saja pergi ke dukun untuk meminta bantuan. Haha
ha. Dan ada juga yang rela berbohong dengan menerbitkan sendiri ijazah
palsu agar bisa naik golongan.
Yang
menimbun harta sibuk terus menumpuk harta;
rumah, mobil dan lain-lain untuk koleksi atau investasi, dan ada yang
sampai lupa di mana saja rumahnya, berapa
jumlah mobilnya. Dan bila kepadanya
ditanya, apakah pernah tidur di rumah dan menaiki mobil yang menjadi koleksinya
itu, mungkin saja jawabannya, “Tidak, tuh!”
Yang
ingin korupsi ingin terus menambah uangnya, maka dia korupsi terus, sampai
bingung ke bank mana harus menyimpannya, agar tidak mudah dilacak oleh siapa
pun, karenanya tidak ragu-ragu untuk berkolaborasi dengan sekelompok dukun
untuk mengamankan hasil korupsinya, yang padahal nyaris tidak seorang pun mayat
berseru-seru, agar ketika mayatnya diantar
ke kuburan supaya didampingi oleh rumah, mobil atau uangnya. Tidak ada, bukan?
Mati
memang bukan tujuan manusia. Tapi, setelah hidup ke mana? Sudah pasti untuk
mati. Tapi ke mana setelah mati? Terserahlah pada keyakinan anda. Tetapi jika
kematian itu sudah pasti menjadi milik semua manusia, mengapa masih berpikir
untuk membunuh saingan bisnis atau seteru politik, atau saingan-saingan kita
yang lain? Mengapa harus capek menggaji algojo, dukun dan apa sajalah
bentuknya, termasuk, mengapa pula harus
bersusah payah merancang bom untuk membunuh orang lain, kalau toh semua keturunan Adam harus mengalami
seperti apa yang dialami oleh Adam, dan isterinya si Hawa?
Juga,
misalkan Anda sedang stress, karena banyak utang, atau karena terlalu banyak
piutang yang tidak bisa ditagih, rasanya tidak perlu harus terjun dari gedung
tinggi untuk bunuh diri. Hidup itu indah dan enak. Karena kalau masih hidup,
kita masih bisa menikmati Liga Inggris, makan mi gomak, ikat arsik, makan
dimsum, rendang balado, tombur, sate kambing, dan atau berdiam di rumah setiap malam minggu dan
berkaraoke rian dengan keluarga, mendendangkan
lagu,
(
“Tuhan kupersembahkan hidupku,
sebagai persembahan yang kudus…)
Selamat Natal 25 Desember 2012
& Tahun Baru 2013
***
No comments:
Post a Comment