Anak Yang Kukasihi

Anak Yang Kukasihi
Obamaputralaris

Saturday, December 22, 2012


C E R M I N

Mati Dan Bunuh Diri

Sedikit bingung karena kegiatan berkurang, saya lalu melakukan riset kecil-kecilan pada sebuah surat kabar terkemuka saat ini di Indonesia.
Yang saya riset pun sebenarnya tidak teralalu ilmiah,  pun,  mungkin tidak dapat dijadikan sebagai patokan bersikap tindak dalam mengarungi kehidupan. Tapi meski begitu, saya sangat tertarik menyajikannya untuk Anda.
 Jadi, setiap hari, selama sebulan penuh, saya mencatat berapa banyak yang meninggal dunia yang menjadi berita, apakah  karena memiliki nilai berita, maupun yang meninggal karena diberitahu oleh kerabatnya yang masih hidup,  melalui iklan.
Ternyata, sebenarnya,  tanpa saya sebutkan pun di sini, pada dasarnya semua orang, tahu dirinya akan mati. Tetapi, wakakakak, masih banyak orang yang lupa menyadari dirinya akan mati.
Mengapa mati?
Sama seperti setiap yang naik, pasti suatu saat akan turun. Ini adalah hukum alam.  Misalnya,  yang naik jadi presiden akan ada saatnya turun dari jabatan presiden. Maka setiap yang hidup pasti akan mati, karena memang, Sang Khalik, apakah secara kebetulan atau memang sudah  merancangnya dengan sengaja, segala sesuatunya diciptakan secara berpasang-pasangan.  urusan Dilah itu. Betul khan?
Hasil riset yang saya lakukan, tentang kematian,  atau yang mati itu,  sangat beragam. Ada konglomerat, ada tukang sampah. Ada professor, ada gembel yang tidak pernah menjamah bangku sekolah karena ogah sekolah atau karena tidak mampu membiayai sekolah. Ada juga jendral yang masih aktif, yang purnawirawan, dan ada juga yang prajurit. Ada laki-laki ada perempuan, yang dewasa dan ada yang baru lahir.
Ada yang mati setelah menjalani perawatan yang sudah cukup lama. Tapi ada juga yang mendadak tanpa sempat diperiksa apalagi diobati, karena jantungnya sontak berhenti, ntah karena memang sudah waktunya berhenti atau mungkin karena kaget akan diperiksa oleh KPK. Yang lain,  dan ini juga cukup membuat hati bertanya, yaitu, ada dokter yang meninggal karena penyakit yang padahal menjadi bidang  spesialisasinya.
Kematian memang menjadi misteri.  Menjadi misteri, karena belum ada seorang pun yang kembali dari Sana, yang lalu berceritera; begini dan begitulah kalau mati. Kalaupun ada ceritera yang bisa menjadi referensi tentang kematian, paling-paling dari tuturan para rasul tentang kebangkitan Yesus dan orang yang dibangkitkan-Nya, si Lazarus. Tapi, Lazarus, nyaris tidak mengungkapkan apa pun  yang dialami atau dilakukannya selama dia mati. Maka lengkaplah tentang misteri dari kematian itu sendiri.
Kalau seseorang ditanya, apalagi ketika baru pulang dari mengantar jenazah dari pekuburan, apakah dia juga akan mati, pastilah jawabannya “Ya!” Tapi, setuju atau tidak setuju, begitu banyak, atau secara apriori kita sebut saja, hampir semua manusia yang waras tidak ingin dirinya mati. Artinya, di balik pengertian ini, seolah-olah ingin hidup terus dan terus.
Maka yang pebisnis ingin meningkatkan bisnisnya terus-menerus, sampai lupa,  apa saja bisnis yang digelutinya. Lupa minum, lupa makan, bahkan ogah tidur karena selalu dikejar-kejar waktu untuk mengerjakan ini dan itu.
Yang karyawan, ingin golongannya dan gaji naik terus, dengan cara apa pun itu; termasuk bila, ini bila perlu, menyikut rekan kerja, menyogok atasan dan atau mungkin saja pergi ke dukun untuk meminta bantuan. Haha ha. Dan ada juga yang rela berbohong dengan menerbitkan sendiri ijazah palsu agar bisa naik golongan.
Yang menimbun harta sibuk terus menumpuk harta;  rumah, mobil dan lain-lain untuk koleksi atau investasi, dan ada yang sampai  lupa di mana saja rumahnya, berapa jumlah mobilnya.  Dan bila kepadanya ditanya, apakah pernah tidur di rumah dan menaiki mobil yang menjadi koleksinya itu, mungkin saja jawabannya, “Tidak, tuh!”
Yang ingin korupsi ingin terus menambah uangnya, maka dia korupsi terus, sampai bingung ke bank mana harus menyimpannya, agar tidak mudah dilacak oleh siapa pun, karenanya tidak ragu-ragu untuk berkolaborasi dengan sekelompok dukun untuk mengamankan hasil korupsinya, yang padahal nyaris tidak seorang pun mayat berseru-seru,  agar ketika mayatnya diantar ke kuburan supaya didampingi oleh rumah, mobil atau uangnya. Tidak ada, bukan?
Mati memang bukan tujuan manusia. Tapi, setelah hidup ke mana? Sudah pasti untuk mati. Tapi ke mana setelah mati? Terserahlah pada keyakinan anda. Tetapi jika kematian itu sudah pasti menjadi milik semua manusia, mengapa masih berpikir untuk membunuh saingan bisnis atau seteru politik, atau saingan-saingan kita yang lain? Mengapa harus capek menggaji algojo, dukun dan apa sajalah bentuknya, termasuk,  mengapa pula harus bersusah payah merancang bom untuk membunuh orang lain, kalau toh semua keturunan Adam harus mengalami seperti apa yang dialami oleh Adam, dan isterinya si Hawa?
Juga, misalkan Anda sedang stress, karena banyak utang, atau karena terlalu banyak piutang yang tidak bisa ditagih, rasanya tidak perlu harus terjun dari gedung tinggi untuk bunuh diri. Hidup itu indah dan enak. Karena kalau masih hidup, kita masih bisa menikmati Liga Inggris, makan mi gomak, ikat arsik, makan dimsum, rendang balado, tombur, sate kambing, dan  atau berdiam di rumah setiap malam minggu dan berkaraoke rian dengan  keluarga, mendendangkan lagu,

( “Tuhan kupersembahkan hidupku,
 sebagai persembahan yang kudus…)
Selamat Natal 25 Desember 2012
& Tahun Baru 2013
***

No comments: