Anak Yang Kukasihi

Anak Yang Kukasihi
Obamaputralaris

Sunday, January 06, 2013


A m o n g,

Malam tidak membuat pikiranmu memicingkan mata, sebelum telingamu menangkap suara klakson dan bunyi pagar terbuka...
Juga, belum akan kau kenakan selimutmu, sebelum derit ban mobil berhenti dan bunyi sepatu berdetak ada di dekat kamarmu...

Kau terbaring lemah, karena tungkai kakimu tidak lagi kuat menopang tubuhmu, bahkan hanya sekedar ke toilet yang hanya beberapa langkah di samping tempat tidurmu...

Tubuhmu teramat lemah, kendati sinar pikiranmu jernih,
lebih jernih dari semua putra-putri titipan Sang Khalik pada-mu…

Yang andalkan rasio, dan tak peduli tentang pikiran dan hatimu yang senantiasa merindukan mereka di usiamu yang tidak lagi bumi inginkan...

Among,

Dari detik ke menit ke jam, engkau memendam kebosanan dan hanya mampu menatap langit-langit dan dingding kamarmu. Pikiranmu berkelana ke sana ke mari, membayangkan setiap wajah yang kau rindukan, tetapi tidak sebaliknya...

Ada yang lupa karena sibuk.
Ada berpura-pura melupakanmu
Tetapi yang pasti ada yang melupakanmu
Bahkan ada yang mengharapmu segera saja menghadap-Nya...

Ah,
Engkau pun sebenarnya sudah lelah meminta dan berdoa kepada Ompu Mulajadi Nabolon, agar segera menjemput dan menjadikan engkau pelayan-Nya di Sorga, agar juga bisa bersama-sama dan bersendagurau dengan Henneria, kekasihmu yang 5 tahun  lalu telah mendahului mu menjadi pelayan-Nya...

Tetapi...,
seperti katamu, engkau masih diperintah di sini, di bumi yang penuh derita ini, untuk menuntun putra-putrimu menuju dermaga keberhasilan, walau tak juga semua menyadari…,
karena engkau sudah dianggab beban, bahkan menjadi bahan tertawaan,
dan apalagi, ah, terlalu sulit untuk berucap, atau inikah hasil dari doa-doamu?

Among,

Kurasakan,
Hari demi hari,
Betapa sarat pikiranmu, dan betapa beban itu menempel di semua pundakmu, tanpa kuasa untuk melakukan sesuatu, karena bahkan untuk duduk pun,
engkau  harus merintih,
mengaduh
dan,
engkau kadang menangis sesenggukan, dan selalu bertanya kepada Tuhan,
“Apa dosaku,  mengapa kau tak jemput aku Tuhan?”

Among,

Tidak ada salahmu.
Engkau adalah ayah sejati, yang selalu tekun berdoa, yang  doamu didengar dan dikabulkan oleh Tuhan.

Dan karena itu Among,

Kendati pikiranku ingin membawa tubuhku untuk menikmati indahnya Pangururan, Parapat, Puncak, Bali, dan bahkan kendati ada yang membayariku untuk anjangsana atau bepergian ke Papua, Borneo, Batam, Singapura, Thailand atau benua Amerika sekalipun…

atau menyaksikan si Ronaldo, Jisun Park di Word Cup, Afrika sana, aku tetap setia, dan tidak  sejengkal pun akan meninggalkan,  sampai...

Karena aku sangat mengisihimu,
Karena mencintaimu dengan sepenuh hatiku...
Karena siapa lagi yang akan mendengar dering bel dari kamarmu...?
Siapa lagi yang akan memerhatikan minum dan makananmu?
Siapa lagi yang memerhatikan pampresmu?

Karena itu...
jangan sedih lagi Among?
jangan risau tentang apa dan siapa...:

jangan ragu
jangan pernah takut, akan segala kebutuhanmu akan berkurang atau tiada, sampai satu saat Henneria mengundangmu ke Sorga dan Tuhan mengutus malaikat untuk menjemputmu...

Karena...
Karena...

(segala kesibukan yang sebenarnya bisa melambungkan namaku—sudah kutinggalkan)

Karena untuk apa Among...
Untuk apa namaku terkenal dan mendapat pujian dari sana-sini,

jika… :

jika dirimu menjadi kesepian,
jika dirimu menjadi teraniaya dan terhina oleh kemelekatan ego anak manusia yang mengandalkan rasio dan apalagi materi...

Among,

aku, kendati ini juga adalah ego yang mendalam,
karena kutidak selaraskan rasioku dengan hatiku,
karena bahkan,

Tapi Among,

inilah kebahagiaanku...
inilah persembahan demi kebahagiaanku.

dan...

aku tidak akan pernah surut untuk merawatmu,
sampai seluruh tubuhku tidak mampu melakukannya...Sampai Tuhan menyatakan :

“Sudah waktunya!”
***
(tulisan ini dibuat beberapa minggu sebelum ayah menghadap Penciptanya, September 2009—Laris Naibaho)

No comments: