Anak Yang Kukasihi

Anak Yang Kukasihi
Obamaputralaris

Friday, September 14, 2007

In Memorium Mahtum Mastoem Dan Sasongko Sudaryo


In Memorium
Mahtum Mastoem dan Sasongko Sudaryo


Kedua sahabat ini, tidak sempat saya lihat pada saat sedang kritis di Rumah Sakit maupun ketika hendak dikebumikan ke tempat peristirahatan terakhir.
Mahtum Mastoem, baru saya tahu telah dipanggil oleh Allah yang Maha kuasa, sesaat setelah jenazah dimasukkan ke liang kubur. Budi Purnomo, sahabat saya menelpon saya dari Tanah Kusir, karena tidak melihat saya ada di sana.

Saya terdiam saat itu. Tubuh saya dingin dan pikiran kosong. Dan tanpa terasa, kedua belah pipih saya telah basah dengan air mata yang mengalir.

Machtum Mastoem, pribadi yang baik dan sangat tulus di mata saya. Tentu bukan karena dia sudah meninggal, sebagai mana lazimnya dalam pikiran banyak orang, “yang sudah meninggal pastilah orang baik.” Tidak. Tetapi sesungguhnya, saya mengenang kebaikan-kebaikan dari-Nya. Atau jangan-jangan dia turut serta mengilhami saya, untuk tetap di jalur ikrar dalam memperhatikan atau dengan kata lain untuk “memperjuangkan” eksistensi agen media cetak dan terutama loper.

Pertama kali saya mengajukan gagasan untuk menerbitkan majalah AGEN sebagai alat komunikasi antar Penerbit dan Agen, langsung disetujuinya. Saya ingat kalimat yang mengalir dari bibirnya, “Ayo, Bung! Terbitkan saja, biar saya pribadi yang membiayai ongkos cetaknya. Dan soal isinya, tulis saja apa yang ada dalam pikiran Bung. Tidak usah takut ini-itu.”
Jadilah majalah AGEN terbit, hingga edisi ke 12. Dan kendati majalah AGEN tersebut sudah tidak terbit lagi, tetapi sejarah penerbitan pers mencatat, ada sebuah majalah terbit yang hanya diawaki oleh para agen media cetak.

Masih banyak peristiwa yang menghubunngkan pikiran saya dengannya. Yang masih melekat di benak saya, ketika dia memelukku di Loper’s Day 1, di Istora Senayan, 11 Maret 2005, “Maju t’rus, Bung,”bisiknya ke telinga saya. Saya terharu, dan menahan isak di dada. Pun ketika di Buka Puasa Bersama di Gedung Serbaguna, Senayan. Acaranya ketika itu bersama Sutiyoso. Sebelum acara dia mengatakan kepada saya, agar jangan pernah berhenti. “Apa yang kamu lakukan itu sudah pas. Jangan segan-segan menghubungi saya untuk apapun yang berkaitan dengan loper,” ujarnya ketika itu. “Harus ada orang seperti kamu, yang pantang lelah, pantang menyerah, sehingga suasana menjadi dinamis,” tambahnya waktu itu.

Saat Loper’s Day 2, yang bertajuk Loper Fun Run, ketika itu bersama Agum Gumelar, dia hanya menitipkan pesan, karena tidak bisa hadir. “Aku tetap bersama loper.” Demikian pesan singkatnya.


Cita-cita bersamanya memang cukup banyak dan semuanya, bagaimana agar loper menjadi tujuan pencari pekerjaan, dan karena itu, menurutnya, harus terus-menerus disuarakan kepada masyarakat, bahwa jadi loper itu tidak perlu merasa rendah diri, dan ketika saya memohon agar dia duduk sebagai Pembina di YLI dia langsung setuju, bahkan dia memberi gagasan-gagasan yang indah, yang sampai dia dipanggil Tuhan, 3 November 2006 gagasan agar YLI menjadi payung loper dalam menjalankan aktivitasnya masih dalam perjuangan...
bbb
Sasongko Sudaryo, di Loper Fun Run, memeluk saya dengan erat. “Ayo, Bung, kita berfoto-ria dulu sebagai kenang-kenangan,” ujarnya.


Kami pun berfoto-foto ria bersama para Duta Besar negara sahabat yang menghadiri acara tersebut. “ Acara ini luar biasa. Sebanyak ini loper di Jakarta?” tanyanya.


Aku tersenyum, lalu menjawab. “Ini hanya 20 prosen dari jumlah loper yang ada di Jakarta.”
“Kalau begitu dibuat yang lebih besar lagi, dong!” katanya sambil tertawa-tawa.
“Pasti, Pak. Asal bapak tetap mendukung,”ujarku.

“Macam apa pula kau ini, Bung.Apa ada acara yang Bung bikin tidak kita dukung?” katanya. Tetap dengan tertawa. “Bung pasti bisalah. Apalagi Kompas sudah dukung. Jadilah itu. Agung, gimana?”


“Dia selalu dukung, Pak. Transport loper, semua dari mereka,” jawabku.
“Baguslah. Yah, kami baru bisa bantu iklanlah. Habis gimana, koran sore sekarang payah,” ujarnya.


Kami berpisah. Dia ijin untuk duluan pulang, karena ada acara keluarga.
Cita-citanya agar melibatkan loper lebih besar lagi, ternyata terkabul. Tuhan mungkin selalu mendengar, jika berkaitan dengan rakyat jelata. Loper’s Day 3 pun digagas, dan jadilah ditetapkan 31 Maret 2007.


Dia langsung memberi perintah ke bagian iklan, agar apa pun yang menyangkut Loper’s Day 3 dibantu. Semua sirkulasi diperintahkan untuk membantu panitia. Benarlah. Pantai Festifal Taman Impian Jaya Ancol menjadi saksi. 20.000 ribu loper yang diaudit langsung oleh MURI memeriahkan acara Loper’s Day 3 plus tiga ribuan yang bukan loper. Spektakuler kata orang yang menyaksikan. Tapi sayang..., paginya dia meng sms saya. Saya tidak simpan sms itu. Tapi isinya, “Bung mohon maaf, saya tidak bisa hadir. Ada acara keluarga yang saya harus ada di sana. Hidup loper.”


Sms-nya masih saya balas. “Usahakan aja meski hanya lima menit, Pak. Agar loper semangat.”
Dia tak membalas. Dan dia pun memang tidak hadir ketika itu. Setelah itu pun, saya kehilangan kontak dengannya, sampai Tuhan menjemputnya, Kamis 30 Agustus 2007. Berita duka meninggalnya sahabat ini, saya terima saat saat saya di Medan menghadiri pesta keponakan.
Saya tidak tahu harus mengatakan apa. Dan tidak berkata apa pun, ketika berita itu saya dengar. Saya hanya diam membisu sambil menatapi lantai dengan mata kosong. Beku.
***

Dua sahabat yang menjadi Pembina YLI telah bersemayam di Sorga. Barangkali atau tidak, percaya atau sebaliknya, pastilah kalian masih menatap kehdupan kami di sini, di dunia yang fana ini...Semoga kalian di sana bersuka cita menjadi pelayan Tuhan.
(Semua harus pergi
Semua pasti menghadap
waktu memang panjang
tapi
terlalu sedikit untuk bisa berbuat...
Tak ada kata sekuat iman
dan adakah
iman yang lebih sempurna dari perbuatan...?
Aku tidak bisa melakukan
semuanya, tetapi bagian terkecil dari yang besar yang menjadi bagianku, adakah
aku mau dan mampu melakukan...?)




Setelah kita lalu siapa?
Ada yang membuka hutan
ada yang
menanami
lalu ada yang menuai
dan
kendati masih membuka hutan yang
teramat
gelap dan penuh dengan duri, mungkinkah YLI kelak menjadi seperti
yang
dicita-citakan?
bbb
Laris Naibaho
(Ketua Umum Yayasan Loper Indonesia)
Jl.Barkah No.49
Jakarta.12860
larisnaibaho@yahoo.co.id

No comments: